Pasca penundaan kebijakan kenaikan BBM (yang bisa naik sewaktu-waktu jika kenaikan
harga minyak dunia melebihi 15% asumsi harga minyak di APBN), kondisi BBM di Banjarmasin
menjadi tak menentu. Antrean BBM diberbagai SPBU selalu menjadi pemandangan
yang umum di Banjarmasin. Yang
dulunya hanya antrean solar, sekarang juga timbul antrean Bensin.
Isu dan wacana pembatasan BBM membuat masyarakat lebih panik lagi, mobil –
mobil mahal yang tidak seharusnya menggunakan Bensin juga ikut menambah panjang
antrean, sehingga jalan – jalan di Banjarmasin menjadi padat. Bahkan akibat
antrean BBM di SPBU Sultan Adam, jalan menjadi macet total kerena SPBU tersebut
terletak di persimpangan jalan.
Banyak pihak yang menyalahkan pelangsir BBM yang menjadi biang keladi
masalah ini. Tuduhan itu memang tidak sepenuhnya salah, karena sebagian besar
pengantri BBM adalah motor dengan tangki besar yang diduga sebagai pelangsir
BBM. Akan tetapi, kalau kita teliti lebih jeli lagi, maka ada beberapa faktor
yang menyebabkan masalah BBM di Kalsel
khususnya di Banjarmasin :
- Kouta BBM untuk area kalimantan yang hanya 7% untuk 4 propinsi
- Terus bertambahnya jumlah kendaraan, karena murah dan mudahnya persyaratan untuk memiliki kendaraan bermotor khususnya sepeda motor dan mobil.
- Isu – isu kenaikan BBM, pembatasan BBM yang secara psikologis membuat spekulan ingin menimbun BBM untuk memperoleh keuntungan.
- Banyaknya Pelangsir / Penjual BBM eceran dadakan yang ingin mencari keuntungan di tengah gejolak BBM di Kota Banjarmasin
Kembali ke topik utama masalah pelangsir
BBM, kita perlu cermati kenapa pelangsir itu ada? Pelangsir ada karena ada beberapa
hal :
-
Kurangnya
jumlah SPBU di Kota Banjarmasin yang sampai saat ini belum bisa menjangkau lokasi
terpencil
-
Kemampuan
operasional SPBU yang tidak mungkin mampu melayani kebutuhan masyarakat.
-
Sebagian
masyarakat tidak ingin antri BBM di SPBU kerena menganggap hal tersebut terlalu
membuang waktu.
-
Adanya
kebutuhan masyarakat yang ingin mendapatkan BBM lebih mudah dan lebih dekat ketika
mereka memerlukan.
Sebagai solusi mengatasi masalah ini, maka pemerintah dan Pertamina perlu
memperhatikan masalah ini. Tidak hanya menganggap pelangsir sebagai masalah, akan
tetapi juga sebagai potensi. Pelangsir/Penjual BBM eceran seharusnya dikontrol dan
dianggap sebagai ”Agen Kecil Pertamina”. Setiap Penjual BBM eceran harus didata
lokasi dan diberikan kuota per harinya sehingga tidak ada upaya penimbunan BBM
oleh segelintir pihak, dan perlu ditetapkan harga eceran untuk para pelangsir
tersebut. Dengan menganggap Penjual BBM eceran sebagai mitra maka semua pihak
bisa diuntungkan, Penjual BBM eceran bisa tetap berjualan dengan aman,
masyarakat yang malas antri di SPBU bisa mendapatkan BBM lebih mudah, dan
Pertamina bisa memenuhi kebutuhan BBM di daerah yang lebih terpencil.
Mungkin ini hanya sebuah tulisan, sebagai sumbangsih pikiran untuk
mengatasi masalah BBM di kota ini.
Sumber gambar : republika.co.id
Sumber gambar : republika.co.id
Artikelnya bagus...
Temannya unik, lanjutkan gan